Magelang - Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kota Magelang, Jawa Tengah,
mendorong kalangan pembina untuk kreatif mengemas pola latihan agar
menarik minat anak-anak di daerah itu dalam mengikuti berbagai kegiatan
kepramukaan secara sukarela.
"Kegiatan kepramukaan dikemas, agar anak-anak tidak terpaksa mengikuti latihan pramuka, hanya karena dianggap wajib. Akan tetapi, mereka dengan sukarela untuk kegiatan kepramukaan," kata Sekretaris Kwarcab Gerakan Pramuka Kota Magelang Waluyo di Magelang, Sabtu.
Ia mengatakan hal itu saat Temu Pembina Pramuka bertema "Menjadi Pembina Ideal di Abad 21" , sebagai rangkaian kegiatan HUT ke-43 SDK Santa Maria Kota Magelang. Narasumber lainnya dalam kegiatan yang dibuka oleh Kepala Seksi Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Magelang Mursidi dan diikuti puluhan pembina pramuka berbagai sekolah dasar di daerah itu, adalah pegiat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Zainul Arifin.
Waluyo mengemukakan tentang kecenderungan anak-anak saat ini yang lebih senang bermain dengan komputer jinjing, telepon seluler, dan dunia maya, ketimbang mengikuti latihan pramuka.
"Ini bukan beban untuk para kakak pembina, akan tetapi menjadi tantangan agar bisa membuat format dan modul latihan yang menarik, agar anak-anak senang ikut kepramukaan," katanya.
Ia juga mengatakan bahwa kecenderungan makin kuat berbagai bentuk "out bond" yang ditangani secara menarik oleh kalangan penyelenggara kegiatan dengan biaya yang tidak murah.
"Sekarang ini kegiatan 'workshop' dan diklat (pendidikan dan latihan) saja, diawali dengan 'out bond' dengan biaya tidak murah. Basis 'out bond' itu adalah kepramukaan. Kalau dicermati, semua bentuk permainan dalam 'out bond' ada di pramuka. Sebenarnya pramuka lebih dulu melakukan kegiatan-kegiatan itu, tetapi mereka (event organizer, red.) pinter melihat peluang itu, untuk bisa dimanfaatkan," katanya.
Pada kesempatan itu, ia juga menjelaskan tentang kebijakan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait dengan pendidikan budi pekerti untuk membangun karakter anak didik.
Pendidikan karater, katanya, sejak dahulu juga sudah menjadi basis berbagai bentukkegiatan kepramukaan.
"Dalam pendidikan karakter itu, bukan dengan omongan, tetapi dengan memberikan contoh atau keteladanan kepada anak-anak. Itu yang sulit," katanya.
Zainul yang juga jajaran pimpinan Kelompok Kerja Saka Bakti Husada Kwarnas Gerakan Pramuka itu, mengemukakan pentingnya para pembina pramuka memahami pedoman dasar kepramukaan agar bisa mengelola latihan untuk anak-anak secara menarik.
Pembina pramuka, katanya, harus kreatif, aktif, dan mampu menganalisa berbagai kebutuhan anak didik.
Ia mengatakan kalangan pembina dituntut kemampuan mengembangkan metode latihan kepramukaan.
"Karena pramuka itu pilihan. Kalau tidak jeli menjadikan kegiatan yang menarik, menantang, dan menyenangkan, siap tidak dipilih anak-anak," katanya.
"Kegiatan kepramukaan dikemas, agar anak-anak tidak terpaksa mengikuti latihan pramuka, hanya karena dianggap wajib. Akan tetapi, mereka dengan sukarela untuk kegiatan kepramukaan," kata Sekretaris Kwarcab Gerakan Pramuka Kota Magelang Waluyo di Magelang, Sabtu.
Ia mengatakan hal itu saat Temu Pembina Pramuka bertema "Menjadi Pembina Ideal di Abad 21" , sebagai rangkaian kegiatan HUT ke-43 SDK Santa Maria Kota Magelang. Narasumber lainnya dalam kegiatan yang dibuka oleh Kepala Seksi Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Magelang Mursidi dan diikuti puluhan pembina pramuka berbagai sekolah dasar di daerah itu, adalah pegiat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Zainul Arifin.
Waluyo mengemukakan tentang kecenderungan anak-anak saat ini yang lebih senang bermain dengan komputer jinjing, telepon seluler, dan dunia maya, ketimbang mengikuti latihan pramuka.
"Ini bukan beban untuk para kakak pembina, akan tetapi menjadi tantangan agar bisa membuat format dan modul latihan yang menarik, agar anak-anak senang ikut kepramukaan," katanya.
Ia juga mengatakan bahwa kecenderungan makin kuat berbagai bentuk "out bond" yang ditangani secara menarik oleh kalangan penyelenggara kegiatan dengan biaya yang tidak murah.
"Sekarang ini kegiatan 'workshop' dan diklat (pendidikan dan latihan) saja, diawali dengan 'out bond' dengan biaya tidak murah. Basis 'out bond' itu adalah kepramukaan. Kalau dicermati, semua bentuk permainan dalam 'out bond' ada di pramuka. Sebenarnya pramuka lebih dulu melakukan kegiatan-kegiatan itu, tetapi mereka (event organizer, red.) pinter melihat peluang itu, untuk bisa dimanfaatkan," katanya.
Pada kesempatan itu, ia juga menjelaskan tentang kebijakan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait dengan pendidikan budi pekerti untuk membangun karakter anak didik.
Pendidikan karater, katanya, sejak dahulu juga sudah menjadi basis berbagai bentukkegiatan kepramukaan.
"Dalam pendidikan karakter itu, bukan dengan omongan, tetapi dengan memberikan contoh atau keteladanan kepada anak-anak. Itu yang sulit," katanya.
Zainul yang juga jajaran pimpinan Kelompok Kerja Saka Bakti Husada Kwarnas Gerakan Pramuka itu, mengemukakan pentingnya para pembina pramuka memahami pedoman dasar kepramukaan agar bisa mengelola latihan untuk anak-anak secara menarik.
Pembina pramuka, katanya, harus kreatif, aktif, dan mampu menganalisa berbagai kebutuhan anak didik.
Ia mengatakan kalangan pembina dituntut kemampuan mengembangkan metode latihan kepramukaan.
"Karena pramuka itu pilihan. Kalau tidak jeli menjadikan kegiatan yang menarik, menantang, dan menyenangkan, siap tidak dipilih anak-anak," katanya.
Sumber : http://www.antarajateng.com/detail/index.php?id=90448#.UtqEGPv-LIU