UNIKNYA, seluruh pengurus kwarcab Pramuka Kabupaten Kepualuan Seribu
ini adalah “orang pulau” dengan latar belakang profesi yang mayoritas
dari kalangan guru dan pendidik. “Saya saja yang dari unsur birokrasi
atau pegawai pemerintah, lainnya adalah guru,” kata Lukman Hakim.
Ketua Kwarcab Pramuka Kepulauan Seribu ini sehari-harinya adalah
pegawai staf di kantor Kecamatan Pulau Seribu Utara. Dari segi usia,
“Kak Lukman” adalah ketua kwarcab termuda di DKI Jakarta.
Aktif sebagai anggota pramuka sejak SD-SMP. Ketika duduk di bangku
SMA kemudian lulus tahun 1992, dipilih sebagai ketua dewan kerja ranting
Pulau Seribu Kotamadya Jakarta Utara. Ketika Pulau Seribu jadi
kabupaten dan status ranting meningkat jadi kwarcab, Lukman ditarik jadi
Andalan Cabang di Kabupaten Kepulauan Seribu.
Lukman mengaku rezeki itu di tangan Tuhan, sudah diatur sedemikian
rupa. Buktinya dia diangkat jadi pegawai negeri sipil (PNS) tahun 1998
karena aktivitasnya di pramuka. Itu terjadi tahun 1997 saat berlangsung
kegiatan Raimuna Nasional di Pulau Pramuka, dia ditawari untuk jadi PNS.
“Saya sebelumnya kerja serabutan sebagai nelayan,” katanya. Untuk
meningkatkan wawasan kepramukaannya, Lukman terus mengasah ilmu dan
ketrampilannya dengan mengikuti kegiatan seperti Karang Pamitran khusus
bagi pembina pramuka.
Lukman juga mengikuti kursus mahir dasar (KMD), kursus mahir lanjutan
(KML) orientasi Mabi, dan sejumlah pelatihan ketrampilan bagi pembina.
“Di Pulau Seribu belum ada 50 persen, atau baru sekitar 30 persen yang
temasuk pembina mahir,” katanya.
Lukman berharap perlu tahapan pembinaan lanjutan lagi, misalnya
kursus pelatih dasar (KPD) maupun kursus pelatih lanjutan (KPL). Selin
itu ke depannya perlu ada semacam sertifikasi bagi kalangan pembina
pramuka.
PEMBINA BERPRESTASI
Ini pengalaman pembina Pramuka yang lain. Namanya Kak Erwin,
lengkapnya Erwin Samuel Ramli. Pemuda yang lajang ini, sudah mengantongi
prestasi yang tidak sedikit. Erwin pernah mengikuti “Desember
Internasional Youth Conferens”, semacam dialog di konfrensi
internasional bagi generasi muda. Peserta dialog itu, umumnya berumur 25
tahun, sering ada juga yang masih usia 21 tahun. Ada 30 negara yang
datang, semacam duta perdamaian dari negara masing-masing.
Erwin yang tercatat sebagai alumni tahun 2012 dari Universitas Negeri
Jakarta (UNJ), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) ini, mengaku sekarang ini
hari-harinya bekerja magang di kantor Dinas Pendidikan Provinsi DKI
Jakarta. Ia mengaku mulai aktif di Pramuka sejak masih duduk di bangku
SD, SMP, SMA. Saat ini Erwin menjabat sebagai Ketua Dewan Kerja Pramuka
Cabang Kabupaten Kepulauan Seribu.
Dari kegiatan Pramuka, ia mengaku memperolah manfaat. “Selama ini,
saya koq merasakan adanya perubahan sikap. Misalnya, bisa berteman
dengan anggota Pramuka se-Indonesia, bahkan se Asia,” kata Erwin.
Prestasi yang lain, Erwin pernah dipercaya sebagai Duta Pramuka
Provinsi DKI Jakarta tahun 2010, Duta Perdamaian tahun 2012 tingkat
nasional. Sementara di tingkat internasional, pernah tampil sebagai
pembaca janji pramuka, scut promise. Acara tersebut digelar dengan tajuk
“Internasional Scout Peace Camp 2013” berlangsung di Bumi Perkemahan
Pramuka, di Cibubur, Jakarta Timur, diikuti 30 negara sebagai peserta.
Seperti remaja dan generasi muda yang lain, Erwin juga menggantungkan
harapan pada kegiatan Pramuka ini. Ke depan katanya, ia berharap
Pramuka bisa maju dan tampil ke kanca nasional. “Pramuka menjadikan saya
sebagai pribadi yang lebih baik,” kata Erwin yang sekarang tinggal di
Rawamangun, Jakarta Timur ikut dengan orang tuanya.
Aktvitas sehari-hari selain di kantor Dinas Pedidikan DKI Jakarta,
aktif mengikuti kegiatan di pulau seperti rapat terkait Pramuka.
Mobilisasi kesulitan. Apalagi kegiatan dadakan. Sampai kapan aktif di
kepramukaan? “Ya semampunya, sebisa saya kerja. Sebab, Pramuka bagi saya
bisa membina diri pribadi,” kata Erwin.
Tak berbeda jauh dengan kesan-pesan anggota Pramuka dari Pulau
Sebira, wilayah yang berbatasan Jakarta dengan Lampung. Untuk kegiatan
perkemahan di Pulau Tidung ini, misalnya, pengakuan Asma Gusnawati
seperti mewakili “anak pulau” yang lain.
“Walaupun ombak yang besar, angin yang kencang dengan jarak tempuh
lebih dari 7 jam dari Pulau Sebira, kami anggota Pramuka tidak mengenal
pantang menyerah,” kata Asma Gusnawati, pada malam api unggun, jelang
penutupan acara perkemahan.
Dari Pulau Sebirra ke Pulau Tidung tempat berlangsungnya acara
Perkemahan Besar Penggalang 2013 Kabupaten Kepulauan Seribu ini, ia
bersama rombongannya bersyukur, sebab situasi kondisi alam dalam keadaan
ombak normal. “Kalau ombak besar kami baru bisa sampai di sini setelah
menempuh perjalanan selama10 jam,” kata Asma.
Pengakuan Hikmatul, murid SD Negeri Pulau Sebira kelas 4, juga tak
kalah serunya. “Melalui kegiatan perkemahan di Pulau Tidung ini, saya
senang sekali sebab bisa berkenalan dan memperkenalkan seluruh
teman-teman yang ada di Pulau Seribu,” kata Hikmatul. “Makanya jangan
kapok-kapok maen ke mari ye?,” balas Lidion, peserta perwakilan dari
Pulau Tidung.
Keceriahan para anggota “Pramuka Pulau” ini, disemangati oleh para
pembinanya. Misalnya yang disampaikan Kak Bastian, Sekertaris Kwartir
Cabang (Kwarcab) Pramuka Kabupaten Kepulauan Seribu. “Semuanya harus
menjadi partner, jaga persatuan,” katanya. Sebab banyak kegiatan yang
bisa membuat mereka bisa berkumpul kembali.
Oktober 2013 lalu misalnya, ada kegiatan jambore daerah sebagai
acara pesta Pramuka Provinsi DKI Jakarta di Cibubur. “Kalau tidak
terpilih untuk mengikuti jambore daerah di Cibubur, jangan kecewa,
tetapi teruslah semangat. Kakak pembina sebagai pendamping kalian, siap
memberi bimbingan dan pelajaran yang berharga bagi kalian,” kata Kak
Bastian.
Kak Mukhlis menambahkan, melalui kegiatan Pramuka, ketahanan diri
sejak dini bisa dilatih. Misalnya, makan di tenda. Ini berbeda dengan
pengiriman peserta jika kegiatan yang lain. Dari segi pembinaan, dirinya
merasa puas jika di tingkat kota provinsi di 5 wilayah DKI Jakarta
sudah mempunya tempat bumi perkemahan (buper).
Berbeda dengan kondisi jika bicara untuk ukuran wilayah Kepulauan
Seribu. Sarana serba minim. Seperti ruang untuk peserta berkreasi,
improvisasi, belum punya. Patut dimaklumi kesulitan karena terkendala
soal pembebasan lahan.
Tapi apa pun kelebihan dan kekurangannya dari kegiatan Pramuka di
Pulau Tidung ini, apa yang dikatakan oleh Kak Mukhlis, Kak Lukman, Kak
Bastian dan Kak Erwin tersebut sudah mewakili “suara anak pulau”. Mereka
berharap ke depan kegiatan Pramuka makin dicintai masyarakat karena
manfaat nya sangat terasa dari sisi pembinaan karakter anak bangsa.
Sebagai penutup artikel ini, menitipkan “Salam Pramuka” untuk negeri ini. Salam Pramuka dari Kepulauan Seribu.
Sumber : http://www.harianterbit.com/2013/10/30/salam-pramuka-dari-kepulauan-seribu-3habis/
0 komentar:
Posting Komentar