Gunung Kelud
setinggi 1.776 meter dari permukaan laut meletus lagi pada pukul 22.56
dan 23.30 WIB Kamis malam (13/2), memuntahkan lahar panas, lontaran abu
dan kerikil hingga radius puluhan kilometer.
Walau
mulai mereda pada Jumat pagi ini, namun dampak hujan abu vulkanik gunung
berapi aktif di Tanah Air itu masih terjadi. Paling tidak,
operasionalisasi empat bandar udara utama di Jawa Tengah dan Jawa Timur
terhenti sementara dengan alasan keselamatan penerbangan.
Bersama
Gunung Merapi, Gunung Kelud termasuk gunung berapi paling aktif di
Tanah Air, dengan frekuensi letusan cukup dekat. Untuk Gunung Kelud,
tercatat dia meletus pada 1955, 1965, 1966, 1990, 2007, dan kini 2014.
Wartawan
ANTARA di Blitar, Jawa Timur, sejak pukul 02.30 WIB ini gunung berapi
itu sudah tidak lagi menyemburkan lava pijar. Bersama Kediri, Blitar
merupakan salah satu kota paling dekat dengan Gunung Kelud sehingga
aktivitas dia bisa disaksikan secara visual.
Belum diperoleh keterangan dari pihak berwenang, mengapa semburan lava pijar, dan suara gemuruh disertai bunyi geluduk yang semula terdengar gaduh itu tiba-tiba menghilang dan suasana langit di atas Gunung Kelud menjadi sunyi.
Namun, sejak pukul 02.30 WIB Jumat itulah terjadi hujan abu sangat lebat menyelimuti beberapa kawasan di Jawa Timur dan diperkirakan mulai reda sejak pukul 08.00 WIB.
Bahkan, Surabaya yang berjarak 120 kilometer dari Kediri dan 146 kilometer dari Blitar (Kelud berada di kawasan Kediri-Blitar) pun tak luput dari hujan abu itu.
"Sejak pagi, hujan abu turun, sehingga genteng rumah kami diselimuti abu," kata warga Margorejo, Surabaya, Sutrisno, sesaat hendak berangkat kerja, Jumat pagi.
Oleh karena itu, dia mengenakan masker dan helm. "Kabarnya memang Gunung Kelud meletus semalam," kata karyawan yang selalu mengendarai sepeda motor itu.
Belum diperoleh keterangan dari pihak berwenang, mengapa semburan lava pijar, dan suara gemuruh disertai bunyi geluduk yang semula terdengar gaduh itu tiba-tiba menghilang dan suasana langit di atas Gunung Kelud menjadi sunyi.
Namun, sejak pukul 02.30 WIB Jumat itulah terjadi hujan abu sangat lebat menyelimuti beberapa kawasan di Jawa Timur dan diperkirakan mulai reda sejak pukul 08.00 WIB.
Bahkan, Surabaya yang berjarak 120 kilometer dari Kediri dan 146 kilometer dari Blitar (Kelud berada di kawasan Kediri-Blitar) pun tak luput dari hujan abu itu.
"Sejak pagi, hujan abu turun, sehingga genteng rumah kami diselimuti abu," kata warga Margorejo, Surabaya, Sutrisno, sesaat hendak berangkat kerja, Jumat pagi.
Oleh karena itu, dia mengenakan masker dan helm. "Kabarnya memang Gunung Kelud meletus semalam," kata karyawan yang selalu mengendarai sepeda motor itu.
Dari Surabaya, ANTARA melaporkan,
warga kota mengenakan masker, helm, payung, dan sapu tangan untuk
menepis abu letusan Gunung Kelud.
Selain itu, sejumlah kendaraan bermotor terlihat menyalakan lampu dan berjalan agak pelan, karena jarak pandang juga hanya ratusan meter akibat tertutup debu.
Hingga pukul 07.00 WIB Jumat, hujan abu masih terlihat menerpa kota. "Mirip salju kecil di luar negeri," kata warga Wonocolo, Anas.
Sebagian ibu-ibu yang berbelanja di pagi hari terlihat membawa payung dan sebagian lagi menutup muka dengan sapu tangan. "Kalau tidak begini, mata bisa kelilipan," kata warga Jemurwonosari, Santi.
Apalagi, embusan angin di Kota Pahlawan terlihat agak kencang, sehingga anak-anak sekolah pun mengenakan kacamata, masker, dan sebagian berjalan dengan mengenakan helm.
Sementara itu, mobil, mikrolet, bus kota, dan sepeda motor di
jalanan juga terlihat kotor akibat diselimuti debu, bahkan sejumlah
mobil mewah pun tampak kotor sekali.
Tidak hanya itu, tebaran abu Gunung Kelud juga sampai ke daerah Selorejo di wilayah timur Kabupaten Blitar yang berbatasan dengan Ngantang, Kabupaten Malang.
"Kami heran, beberapa jam setelah Gunung Kelud dilaporkan meletus, pukul 22.59 WIB Kamis malam tadi, tebaran abu vulkanik sudah sampai daerah kami di wilayah bagian utara Selorejo," ujar Darmiyati, warga setempat.
Senada dengan itu, warga Kutukan, wilayah utara Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar --daerah "garis merah" yang harus diungsikan--, Isnu mengaku warga masih berbondong-bondong mengungsi di bawah tebaran abu dari letusan Gunung Kelud.
"Daerah saya kira-kira tujuh kilometer dari puncak Gunung Kelud, semua warga harus diungsikan. Alhamdulillah, listrik masih menyala, sehingga kondisinya terang," ujarnya.
Hingga dini hari itu, warga masih banyak yang begadang di pinggir-pinggir jalan yang tidak terhalang gedung dan pepohonan, sehingga bisa menyaksikan semburan lava pijar dan "tatit" (kilat) dari Gunung Kelud.
Umumnya, mereka merasa heran, karena sebagian daerah yang jauh sudah dilanda abu dan kerikil, sementara yang cukup dekat, seperti Kecamatan Talun, masih aman.
"Mudah-mudahan daerah sekitar komplek perumahan ini tetap aman seperti malam ini, tanpa tebaran abu, apalagi kerikil," ujar Prima, warga Perumahan Pondok Delta, Kaweron, Kecamatan Talun, yang begadang bersama banyak warga setempat.
Penerbangan Tertunda
Dampak letusan Gunung Kelud bukan hanya hujan abu, namun lima penerbangan pesawat di Bandara Internasional Juanda Surabaya di Sidoarjo pun tertunda akibat landasan pacu di bandara itu tertutup hujan abu itu.
"Sampai pukul 05.00 WIB, empat penerbangan dari Surabaya yang tertunda keberangkatannya dan satu kedatangan pesawat yang terlambat," kata Petugas Bertanggungjawab Bandara Internasional Juanda, Herdiono, di Surabaya, Jumat.
Menurut dia, penerbangan yang tertunda itu Citilink rute penerbangan Surabaya-Jakarta dan Surabaya-Lombok, lalu Garuda Indonesia (Surabaya-Makassar dan Surabaya-Jakarta).
"Untuk kedatangan pesawat yang terlambat yakni armada Citilink dari Jakarta menuju Surabaya," ujarnya.
Sementara itu, Manajer Umum Bandara Internasional Juanda, Trikora Harjo, mengemukakan, Terminal 2 Bandara Internasional Juanda sangat ramai, meskipun terpaan abu Gunung Kelud masih menyelimuti.
"Hujan abu Gunung Kelud turun sangat tebal sehingga masuk di titik pertemuan. Bahkan, sejumlah petugas kebersihan menyapu debu yang masuk," katanya.
Namun, tambah dia, secara keseluruhan abu Gunung Kelud belum mengganggu penerbangan. Sampai sekarang, pihak PT Angkasa Pura I masih berkoordinasi dengan otoritas bandara dan navigasi.
"Apalagi, kondisi ini sangat terkait keselamatan masyarakat," katanya.
Namun, Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta ditutup total sejak Jumat, akibat hujan abu dari letusan Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur.
"Sejak penerbangan pertama tadi sekitar pukul 05.55 WIB, seluruh aktivitas penerbangan ditutup total," kata Humas PT Angkasa Pura I Cabang Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta, Faizal Indra.
Menurut dia, alasan penutupan karena hujan abu yang cukup tebal di Yogyakarta dan sekitarnya.
"Alasan lain karena jarak pandang pilot hanya 200 meter dan ini sangat berbahaya karena jarak pandang ideal seharusnya 2.000 meter," katanya.
Ia mengatakan, berdasarkan informasi dari operator maskapai penerbangan, abu vulkanik ini juga dapat merusak mesin pesawat. "Dengan alasan keselamatan penerbangan maka seluruh aktivitas penerbangan ditutup hari ini, Jumat," katanya.
Selain Yogyakarta, penerbangan di Bali juga terkena dampaknya. Sejumlah penerbangan domestik dari Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bali, tujuan Yogyakarta ditunda.
Ratusan pemakai jasa penerbangan memadati loket-loket tiket maskapai penerbangan untuk menunggu kepastian keberangkatan mereka.
Penutupan jalur penerbangan juga terjadi di Bandara Adi Soemarmo, Boyolali, sehingga tidak ada pesawat terbang yanga tiba maupun berangkat untuk sementara waktu.
Menurut Duty Manager Bandara Adi Soemarmo Boyolali, Kadari, akibat hujan abu vulkanik dari Gunung Kelud penerbangan di bandara ini, untuk sementara ditutup sejak Jumat sekitar pukul 07.00 WIB hingga Sabtu (15/2).
"Penerbangan di Bandara Adi Soemarmo untuk sementara ditutup hingga Sabtu (15/2). Karena, abu vulkanik menyelimuti kawasan bandara bisa membahayakan penerbangan," kata Kadari.
Tidak hanya penerbangan, pelajar pun terganggu. Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, juga meminta kepada siswa sekolah untuk menggunakan masker selama menjalani aktivitas di sekolah, menyusul terjadinya hujan abu akibat letusan Gunung Kelud di Kediri.
"Siswa sekolah di Kabupaten Sidoarjo wajib menggunakan masker selama menjalani aktivitas di sekolahnya. Selama menjalani aktivitas di sekolah, siswa wajib menggunakan masker untuk melindungi saluran pernafasan dari abu akibat letusan Gunung Kelud," kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo, Mustain Baladan.
Lain halnya dengan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Dinas Pendidikan di Kota Pelajar itu memutuskan untuk meliburkan semua kegiatan belajar mengajar di sekolah karena hujan abu letusan Gunung Kelud di Jawa Timur yang masih terus turun di wilayah tersebut.
"Pada hari ini, Jumat ini, kami mengambil kebijakan untuk meliburkan sekolah dan meminta siswa belajar di rumah," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Edy Suasana.
Kebijakan serupa juga dikeluarkan Wali Kota Surakarta, FX Hadi Rudyatmo, yang memerintahkan kepala sekolah untuk meliburkan siswanya akibat hujan abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur.
"Seluruh sekolah di Kota Solo sudah saya perintahkan untuk diliburkan guna mengantisipasi kesehatan para siswa akibat hujan abu," kata Rudyatmo.
Selain itu, sejumlah kendaraan bermotor terlihat menyalakan lampu dan berjalan agak pelan, karena jarak pandang juga hanya ratusan meter akibat tertutup debu.
Hingga pukul 07.00 WIB Jumat, hujan abu masih terlihat menerpa kota. "Mirip salju kecil di luar negeri," kata warga Wonocolo, Anas.
Sebagian ibu-ibu yang berbelanja di pagi hari terlihat membawa payung dan sebagian lagi menutup muka dengan sapu tangan. "Kalau tidak begini, mata bisa kelilipan," kata warga Jemurwonosari, Santi.
Apalagi, embusan angin di Kota Pahlawan terlihat agak kencang, sehingga anak-anak sekolah pun mengenakan kacamata, masker, dan sebagian berjalan dengan mengenakan helm.
Tidak hanya itu, tebaran abu Gunung Kelud juga sampai ke daerah Selorejo di wilayah timur Kabupaten Blitar yang berbatasan dengan Ngantang, Kabupaten Malang.
"Kami heran, beberapa jam setelah Gunung Kelud dilaporkan meletus, pukul 22.59 WIB Kamis malam tadi, tebaran abu vulkanik sudah sampai daerah kami di wilayah bagian utara Selorejo," ujar Darmiyati, warga setempat.
Senada dengan itu, warga Kutukan, wilayah utara Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar --daerah "garis merah" yang harus diungsikan--, Isnu mengaku warga masih berbondong-bondong mengungsi di bawah tebaran abu dari letusan Gunung Kelud.
"Daerah saya kira-kira tujuh kilometer dari puncak Gunung Kelud, semua warga harus diungsikan. Alhamdulillah, listrik masih menyala, sehingga kondisinya terang," ujarnya.
Hingga dini hari itu, warga masih banyak yang begadang di pinggir-pinggir jalan yang tidak terhalang gedung dan pepohonan, sehingga bisa menyaksikan semburan lava pijar dan "tatit" (kilat) dari Gunung Kelud.
Umumnya, mereka merasa heran, karena sebagian daerah yang jauh sudah dilanda abu dan kerikil, sementara yang cukup dekat, seperti Kecamatan Talun, masih aman.
"Mudah-mudahan daerah sekitar komplek perumahan ini tetap aman seperti malam ini, tanpa tebaran abu, apalagi kerikil," ujar Prima, warga Perumahan Pondok Delta, Kaweron, Kecamatan Talun, yang begadang bersama banyak warga setempat.
Penerbangan Tertunda
Dampak letusan Gunung Kelud bukan hanya hujan abu, namun lima penerbangan pesawat di Bandara Internasional Juanda Surabaya di Sidoarjo pun tertunda akibat landasan pacu di bandara itu tertutup hujan abu itu.
"Sampai pukul 05.00 WIB, empat penerbangan dari Surabaya yang tertunda keberangkatannya dan satu kedatangan pesawat yang terlambat," kata Petugas Bertanggungjawab Bandara Internasional Juanda, Herdiono, di Surabaya, Jumat.
Menurut dia, penerbangan yang tertunda itu Citilink rute penerbangan Surabaya-Jakarta dan Surabaya-Lombok, lalu Garuda Indonesia (Surabaya-Makassar dan Surabaya-Jakarta).
"Untuk kedatangan pesawat yang terlambat yakni armada Citilink dari Jakarta menuju Surabaya," ujarnya.
Sementara itu, Manajer Umum Bandara Internasional Juanda, Trikora Harjo, mengemukakan, Terminal 2 Bandara Internasional Juanda sangat ramai, meskipun terpaan abu Gunung Kelud masih menyelimuti.
"Hujan abu Gunung Kelud turun sangat tebal sehingga masuk di titik pertemuan. Bahkan, sejumlah petugas kebersihan menyapu debu yang masuk," katanya.
Namun, tambah dia, secara keseluruhan abu Gunung Kelud belum mengganggu penerbangan. Sampai sekarang, pihak PT Angkasa Pura I masih berkoordinasi dengan otoritas bandara dan navigasi.
"Apalagi, kondisi ini sangat terkait keselamatan masyarakat," katanya.
Namun, Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta ditutup total sejak Jumat, akibat hujan abu dari letusan Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur.
"Sejak penerbangan pertama tadi sekitar pukul 05.55 WIB, seluruh aktivitas penerbangan ditutup total," kata Humas PT Angkasa Pura I Cabang Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta, Faizal Indra.
Menurut dia, alasan penutupan karena hujan abu yang cukup tebal di Yogyakarta dan sekitarnya.
"Alasan lain karena jarak pandang pilot hanya 200 meter dan ini sangat berbahaya karena jarak pandang ideal seharusnya 2.000 meter," katanya.
Ia mengatakan, berdasarkan informasi dari operator maskapai penerbangan, abu vulkanik ini juga dapat merusak mesin pesawat. "Dengan alasan keselamatan penerbangan maka seluruh aktivitas penerbangan ditutup hari ini, Jumat," katanya.
Selain Yogyakarta, penerbangan di Bali juga terkena dampaknya. Sejumlah penerbangan domestik dari Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bali, tujuan Yogyakarta ditunda.
Ratusan pemakai jasa penerbangan memadati loket-loket tiket maskapai penerbangan untuk menunggu kepastian keberangkatan mereka.
Penutupan jalur penerbangan juga terjadi di Bandara Adi Soemarmo, Boyolali, sehingga tidak ada pesawat terbang yanga tiba maupun berangkat untuk sementara waktu.
Menurut Duty Manager Bandara Adi Soemarmo Boyolali, Kadari, akibat hujan abu vulkanik dari Gunung Kelud penerbangan di bandara ini, untuk sementara ditutup sejak Jumat sekitar pukul 07.00 WIB hingga Sabtu (15/2).
"Penerbangan di Bandara Adi Soemarmo untuk sementara ditutup hingga Sabtu (15/2). Karena, abu vulkanik menyelimuti kawasan bandara bisa membahayakan penerbangan," kata Kadari.
Tidak hanya penerbangan, pelajar pun terganggu. Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, juga meminta kepada siswa sekolah untuk menggunakan masker selama menjalani aktivitas di sekolah, menyusul terjadinya hujan abu akibat letusan Gunung Kelud di Kediri.
"Siswa sekolah di Kabupaten Sidoarjo wajib menggunakan masker selama menjalani aktivitas di sekolahnya. Selama menjalani aktivitas di sekolah, siswa wajib menggunakan masker untuk melindungi saluran pernafasan dari abu akibat letusan Gunung Kelud," kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo, Mustain Baladan.
Lain halnya dengan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Dinas Pendidikan di Kota Pelajar itu memutuskan untuk meliburkan semua kegiatan belajar mengajar di sekolah karena hujan abu letusan Gunung Kelud di Jawa Timur yang masih terus turun di wilayah tersebut.
"Pada hari ini, Jumat ini, kami mengambil kebijakan untuk meliburkan sekolah dan meminta siswa belajar di rumah," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Edy Suasana.
Kebijakan serupa juga dikeluarkan Wali Kota Surakarta, FX Hadi Rudyatmo, yang memerintahkan kepala sekolah untuk meliburkan siswanya akibat hujan abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur.
"Seluruh sekolah di Kota Solo sudah saya perintahkan untuk diliburkan guna mengantisipasi kesehatan para siswa akibat hujan abu," kata Rudyatmo.
Sumber : http://www.antaranews.com/berita/418952/letusan-gunung-kelud-mulai-berdampak-di-jawa-timur-jawa-tengah
Gambar : detik.com
0 komentar:
Posting Komentar